3 Hal yang Bikin Pengepungan di Bukit Duri Menarik Ditonton
Inilah berbagai hal yang bikin Pengepungan di Bukit Duri Menarik ditonton. Mari kita bahas daftar lengkapnya.
Movie | 14 April
Oleh Imadudin R A
Film terbaru garapan Joko Anwar berjudul Pengepungan di Bukit Duri (The Siege at Thorn High) menjadi salah satu rilisan paling dinanti pada tahun 2025.
Tidak hanya karena reputasi sang sutradara yang dikenal lewat karya-karya seperti Pengabdi Setan dan Gundala, tapi juga karena film ini mengangkat keresahan sosial yang masih sangat relevan.
Dengan genre drama-thriller, film ini memadukan ketegangan, kritik sosial, dan emosi karakter dalam satu narasi yang padat. Berikut tiga alasan mengapa Pengepungan di Bukit Duri wajib kamu tonton:
1. Isu Sosial yang Relevan dan Mendalam
Salah satu kekuatan utama film ini adalah keberaniannya mengangkat berbagai isu sosial yang masih membayangi kehidupan masyarakat Indonesia. Sejak ditulis pada 2007, naskah film ini merupakan respons Joko Anwar terhadap masalah-masalah seperti kekerasan, korupsi, dan terutama kegagalan sistem pendidikan.
Meski naskahnya sudah lama rampung, Joko Anwar baru merealisasikannya sekarang karena merasa keresahan itu tak kunjung sirna. Dalam konferensi persnya, ia mengungkapkan bahwa setelah 17 tahun, kondisi di Indonesia belum banyak berubah. Isu kekerasan di sekolah, diskriminasi, dan ketimpangan pendidikan masih terus terjadi dan film ini menjadi cermin dari semua itu.
Melalui karakter Edwin (Morgan Oey), pria keturunan Tionghoa yang dihantui trauma akibat kerusuhan tahun 2009, penonton diajak menyelami sisi gelap kehidupan dalam masyarakat yang disfungsional. Ketegangan yang hadir bukan sekadar sensasi, melainkan lahir dari kondisi yang akrab dan menyakitkan. Film ini tidak menawarkan solusi, tetapi menyodorkan realita yang tajam, membuat kita merenung tentang arah bangsa.
2. Paduan Genre yang Solid: Drama, Thriller, dan Aksi yang Bermakna
Pengepungan di Bukit Duri mungkin berangkat dari genre drama-thriller, namun film ini juga menyelipkan berbagai elemen lain dengan porsi yang pas.
Aksi memang bukan sorotan utama, tapi kehadirannya terasa organik dan esensial bagi perkembangan cerita. Adegan-adegan seperti kerusuhan, perundungan, dan pertarungan untuk bertahan hidup tidak hanya seru tapi juga emosional karena diselipkan dinamika karakter yang kuat.
Setiap momen ketegangan dibangun secara perlahan, tidak tergesa-gesa, dan selalu berakar pada konflik personal maupun sosial para karakternya. Inilah yang membedakan thriller Joko Anwar dari sekadar hiburan menegangkan, ia memancing emosi, bukan sekadar adrenalin.
Meski dominan drama dan thriller, film ini tetap memberi ruang untuk bernafas lewat sentuhan komedi gelap. Momen-momen lucu hadir dari keputusasaan atau absurditas karakter, bukan dari lelucon yang dipaksakan. Nuansa “distopia sosial” dalam film ini justru semakin terasa nyata lewat humor tipis yang ironis.
3. Kolaborasi Skala Besar dan Pemeran Muda Bertalenta
Alasan lain yang membuat film ini menarik adalah kolaborasi antara Come and See Pictures dan Amazon MGM Studios, menandai kerja sama besar antara rumah produksi Indonesia dan studio raksasa dunia. Ini bukan hanya prestasi dalam produksi, tapi juga langkah penting dalam memperkenalkan sinema Indonesia ke panggung internasional.
Dari sisi pemain, film ini juga menghadirkan deretan aktor muda berbakat yang mampu menghidupkan narasi penuh tekanan ini. Morgan Oey sebagai Edwin tampil bersama Omara Esteghlal, Hana Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, hingga Satine Zaneta.
Mereka bukan hanya tampil sebagai wajah baru, tapi sebagai representasi generasi muda yang tumbuh di tengah kekacauan sistemik.
Penampilan mereka semakin kuat karena dialog dan interaksi antarkarakter dalam film ini sangat hidup, menampilkan ketegangan, rasa putus asa, harapan, dan perjuangan dalam satu rangkaian emosional yang intens. Chemistry antarpemain terasa natural, membuat penonton mudah terhubung dengan situasi yang mereka alami.
Pengepungan di Bukit Duri bukan sekadar tontonan penuh ketegangan. Ia adalah karya yang lahir dari pengamatan tajam, keresahan mendalam, dan kepiawaian mengolah cerita. Lewat isu sosial yang relevan, genre yang diramu dengan apik, dan kolaborasi besar yang melibatkan talenta muda Indonesia, film ini layak menjadi sorotan.
Dirilis pada 17 April 2025, film ini siap mengguncang penonton di bioskop seluruh Indonesia. Jika kamu mencari tontonan yang membuat jantung berdebar sekaligus mengajak berpikir kritis, maka Pengepungan di Bukit Duri adalah pilihan yang tak boleh dilewatkan.
Nantikan informasi-informasi menarik lainnya dan jangan lupa untuk ikuti Facebook dan Instagram Dunia Games ya. Kamu juga bisa dapatkan voucher game untuk Mobile Legends dengan harga menarik hanya di Top-up Dunia Games.
Komentar ( 0 )
Please login to write a document.