Hati-hati Gaes, Ini 5 Cedera yang Mengancam Para Atlet Esport
Siapa bilang bermain menjadi atlet esport bebas dari cedera?
Esports | 25 September
Oleh Abian Widyadhana
Esport memang sudah dianggap sebagai sebuah cabang olahraga namun banyak yang tidak tahu jika para atlet esport bisa menderita cedera selayaknya atlet dari cabang olahraga lain. Walaupun minim kontak fisik saat di tengah kompetisi, jika tidak hati-hati, bermain game berjam-jam bisa berdampak pada tubuh dan pikiran.
Karena masih dikategorikan sebagai olahraga baru, para dokter masih memantau para atlet esport dan potensi cedera apa saja yang mungkin datang dari olahraga ini. Para dokter percaya cedera jangka panjang baru akan muncul seiring usia para atlet, namun karena meningkatnya popularitas esport yang luar biasa, masalah ini harus tetap diperhatikan oleh komunitas esport.
Ini adalah daftar cedera dan masalah kesehatan lainnya yang sering menghantui para atlet esport:
1. Cedera Pergelangan Tangan (Carpal Tunnel Syndrome)
Cedera pergelangan tangan adalah cerita yang paling berbahaya bagi para atlet esport. Saking mengancamnya, banyak atlet yang harus mengakhiri karirnya karena cedera ini.
Dikutip dari Blitz Esport, situs berita esport yang berfokus ke game League of Legends (LoL) dan Counter Strike: Global Offensive (CS:GO), cedera ini terjadi ketika para atlet bermain berjam-jam dan menggerakkan pergelangan tangan terus menerus dengan beban yang berat.
Pergerakan pergelangan tangan dengan beban berat secara terus-menerus pergelangan tangan membengkak. Pembengkakan ini bisa mengganggu saraf di pergelangan tangan yang bertugas membawa informasi dari tangan ke otak dan sebaliknya.
Gejala awal cedera ini adalah tangan terasa kebas atau gatal. Jika dibiarkan cedera ini bisa bertambah parah. Di sinilah pentingnya para atlet esport untuk menjaga kesehatannya, terutama pergelangan tangan.
2. Masalah Paru-paru
Website gaming populer, Kotaku, pada tahun 2017 memberitakan ada 6 atlet esport terkenal yang menderita masalah paru-paru, pneumothorax, dalam tujuh tahun terakhir. Orang-orang yang terkena penyakit ini merasa sakit di daerah dada, bahu, punggung dan juga kesulitan bernafas.
Walaupun masih belum ada penelitian yang menjelaskan hubungan esport dan penyakit ini, para dokter percaya orang-orang dengan postur tubuh yang tidak bagus (membungkuk), makanan yang tidak sehat dan gaya hidup yang tidak aktif rawan terkena penyakit ini.
3. Obat-obatan Peningkatan Performa
Pada wawancara di tahun 2015, atlet CS:GO, Kory "Semphis" Friesen bercerita bahwa seluruh anggota timnya menggunakan obat Adderall. Obat ini sebetulnya ditujukan untuk orang yang menderita ADHD, namun jika digunakan dengan orang biasa obat ini diklaim mampu menambah konsentrasi dan fokus dalam bermain game.
Padahal menurut Business Insider, media yang menuliskan berita ini, klaim bahwa Adderall mampu meningkatkan performa atlet esport hampir tidak bisa dibuktikan. Yang bisa dipastikan adalah obat ini meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Obat ini juga berbahaya karena dapat menimbulkan efek kecanduan.
Masalah obat peningkat performa ini pernah menjadi skandal besar di banyak cabang olahraga, tentu kita harap hal yang sama tidak terjadi di esport.
4. Kelelahan Mental
Seperti olahraga lainnya, mental adalah faktor yang sangat penting dalam esport. Namun para atlet esport yang biasanya mulai bertanding secara profesional pada usia muda biasanya melupakan hal ini.
Selain waktu berlatih yang panjang, para atlet esport harus melakukan kegiatan lainnya sehingga harus kehilangan waktu untuk bertemu dengan keluarga dan teman-teman. Media olahraga, ESPN, percaya bahwa faktor kelelahan mental lah yang membuat para atlet esport rata-rata pensiun di usia dua puluhan.
5. Nutrisi yang buruk dan kurang olahraga
Seperti yang dijelaskan pada poin sebelumnya, para atlet esport menghabiskan banyak waktunya untuk berlatih sehingga jarang berolahraga. Padahal selain refleks dan strategi, ketahanan fisik sangat diperlukan dalam esport. Hal ini diperparah dengan para atlet yang tidak memperhatikan gizi makanannya.
Untungnya, tim-tim esport akhir-akhir ini mulai memperhatikan kesehatan atletnya. Dalam acara IDBYTE lalu CEO RRQ, Andrian Paulie, menyatakan jika para atlet di RRQ wajib berolahraga setidaknya dua minggu sekali.
Untuk berita lainnya mengenai esport dan dunia hiburan, ikuti terus Dunia Games.
FANPAGE FACEBOOK: Duniagames
INSTAGRAM: @duniagames.co.id
LINE@: @duniagames
YOUTUBE: Dunia Games
Komentar ( 0 )
Please login to write a document.