Kenapa Banyak Developer Indie Suka Buat Game Bergaya "Burik" atau Pixel?
Kenapa ya banyak developer indie membuat game dalam bentuk pixel? Yuk cari tahu jawabannya di sini!
Games | 25 January
Oleh Syahdan
Seperti yang kita tahu, di era sekarang banyak para developer besar yang merilis game mereka dengan gaya grafis fantastis -- yang membuat banyak gamer berdecak kagum. Namun, itu tidak berlaku untuk para developer indie. Mereka justru lebih banyak menghadirkan game bergaya pixel yang banyak orang sebut sebagai game "burik".
Meski bergaya pixel, bukan berarti mereka tak bisa bersaing di pasaran. Banyak jenis game bergaya pixel dari developer indie yang justru sukses menghipnotis gamer. Sebut saja seperti Stardew Valley, Celeste, Dead Cells, dan Terraria.
Lalu, apa sih alasan mereka masih menggunakan grafis bergaya pixel ketimbang 3D? Penasaran dengan jawabannya? Yuk langsung kita bahas di bawah.
1. Keterbatasan Biaya
Hal pertama yang menjadi alasan banyak developer indie memilih mengembangkan game mereka dalam bentuk pixel karena keterbatasan biaya. Jika menggunakan game bergaya 3D, setidaknya kamu harus memiliki 3D modeler dan seorang seniman (artist) untuk menghasilkan digital art.
Mendatangkan dua peran ini akan menguras biaya lebih besar ketimbang mendatangkan mereka, pixel artist. Karena keterbatasan biaya, tentunya kamu sebagai developer indie harus meminimalisir pengeluaran sebanyak mungkin hingga perilisan game.
2. Tidak Memakan Banyak Waktu
Alasan kedua mengapa developer indie lebih suka membuat game bergaya pixel karena tidak membutuhkan waktu yang begitu banyak. Game pixel bergaya 2D hanya membutuhkan sedikit beban untuk komputer ketimbang 3D. Hal ini membuat developer bisa lebih fokus kepada aspek penting lainnya, seperti jalan cerita dan gameplay -- tanpa menghabiskan banyak waktu saat mereka melakukan uji coba untuk menentukan apakah game tersebut berjalan baik atau tidak.
Dengan spesifikasi yang rendah, akan banyak orang juga yang akan bisa menjalankan game bergaya pixel, alih-alih hanya gamer sultan.
3. Mengedepankan Gameplay
Ups, mungkin poin ini sedikit ambigu. Nah, biar enggak salah salah arti, mari penulis jelaskan. Seperti yang sudah kamu tahu, membuat desain karakter serta objek-objek lainnya di game pixel tidak terlalu sulit. Sehingga, para developer indie memilih gameplay sebagai tombak utama mereka untuk menarik perhatian gamer.
Sebagai contoh, Eric Barone berhasil membuat Stardew Valley menjadi game pixel besar karena punya gameplay yang menarik. Pemain dibebaskan untuk melakukan banyak aktivitas, seperti beternak, memancing, menambang, hingga melawan monster-monster gua.
Ada juga jalan cerita (story) yang membuat game ini tidak membosankan -- dengan banyaknya event yang bisa kamu temui dari setiap NPC.
Baca Juga >> 10 Game Android Terbaik yang Disukai Bocil Kematian
4. Kesulitan Bersaing dengan Model 3D dari Game AAA
Apa itu game AAA? Game AAA adalah sebuah klasifikasi untuk game yang dirilis dengan budget besar. Biasanya game AAA diproduksi dengan uang sebesar $50 hingga $100 juta -- tergantung dari genre. Game AAA kebanyakan menggunakan grafis 3D, hal ini tentu tidak sebanding jika para developer indie (dengan dana terbatas) ingin membuat game 3D juga.
5. Ingin Nostalgia
Sebagian gamer tahu bahwa grafis bergaya pixel akan mengembalikan sejumlah memori manis ketika kamu bermain game, khususnya bagi mereka yang lahir di tahun 90-an. Nah, para developer indie menggunakan momen nostalgia ini sebagai pemicu mereka untuk membuat game-game bergaya pixel.
Nah, itulah lima alasan mengapa para developer indie kebanyakan mengembangkan game mereka dalam bentuk pixel. Nantikan informasi seputar game lainnya serta jangan lupa untuk ikuti Facebook dan Instagram Dunia Games untuk update info yang tak kalah menarik.
Baca Juga >> Inilah Cara Melaporkan Cheater di Mobile Legends, Biar Pelakunya Jera!
Komentar ( 0 )
Please login to write a document.