[REVIEW] Film De Oost Kisah Westerling Si Pembantai di Perang Kemerdekaan Indonesia
Buat kamu yang pernah bermain game Far Cry 3 dari Ubisoft, pasti teringat dengan permainan itu saat menonton film De Oost.
Review | 20 August
Oleh Ikhsan Andita
Cerita berlatar peperangan atau konflik bersenjata yang diangkat dari peristiwa sejarah asli biasanya menarik banyak peminat untuk menonton filmnya. Tak terkecuali sebuah produksi dari Negeri Belanda yaitu film De Oost atau dengan judul Internasionalnya bernama The East.
Sesuai judulnya, film De Oost menceritakan kisah tentara Belanda yang dikirim ke bekas negara jajahannya di timur yaitu Indonesia setelah negeri kincir angin itu terbebas dari belenggu penjajahan Nazi Jerman pasca Perang Dunia II.
Banyak orang yang familiar dengan nama Westerling, tokoh sejarah asli dari tentara Belanda yang terkenal kejam karena membantai puluhan ribu rakyat Indonesia secara sistematis sambil tersenyum.
Lagu dari Iwan Fals yang berjudul Pesawat Tempurku pun menyindirnya dengan lirik “Westerling pun tersenyum” karena sosok Kapten pembantai ini terkenal dengan senyuman sadis di setiap fotonya. Penasaran dengan film De Oost yang menceritakan Westerling si Pembantai ini? Berikut ini ulasannya!
Cerita Perang Kemerdekaan Indonesia dari Sudut Pandang Tentara Belanda, Tema Langka yang Hadir di Film De Oost
Biasanya film yang menceritakan tentang perang kemerdekaan Indonesia pasti menceritakan para pejuang dari tanah air kita yang bertempur untuk melawan bangsa asing yang ingin menjajah negeri ini. Tapi di film De Oost malah mengangkat suatu tema yang langka yaitu sudut pandang tentara Belanda yang kembali ke Indonesia setelah Perang Dunia II.
Menceritakan tentang Johan de Vries, seorang mantan pejuang gerakan bawah tanah partisan Belanda ketika melawan penjajahan Nazi Jerman yang sulit mendapatkan pekerjaan di Belanda yang sedang terpuruk setelah selesai Perang Eropa.
Pilihan terakhir Johan adalah dengan bekerja menjadi tentara Kerajaan Belanda yang dikirim ke mantan negara jajahannya yaitu Hindia Belanda atau Indonesia untuk memulihkan perdamaian di sana. Awalnya Johan sempat termakan propaganda Belanda yang menginformasikan bahwa banyak rakyat Indonesia yang dipengaruhi Soekarno sebagai kolaborator Jepang untuk melawan tentara Sekutu.
Kenyataannya setelah berbulan-bulan bertugas di daerah Semarang Johan tidak menemukan pejuang Indonesia sama sekali, malah sering dijamu oleh keramahan warga lokal.
Jepang yang masih ada di Indonesia walaupun sudah kalah perang tetap suka bertindak semena-mena terhadap penduduk Semarang seperti merampas hartanya dengan kekerasan, dan itulah yang membuat Johan yang berjiwa keadilan berseteru dengan sepasukan tentara Kekaisaran Jepang.
Perseteruan itu pun dihentikan oleh kedatangan Kapten Westerling yang dijuluki “De Turk” karena ia adalah orang campuran Yunani-Belanda kelahiran Turki.
Menonton Film De Oost Serasa Melihat Game Far Cry 3 Jika Dijadikan Live Action Movie
Pertemuan Johan dan Westerling membuat mereka berdua semakin dekat untuk melaksanakan berbagai misi rahasia melawan gerombolan bernama Gagak Hitam yang membunuhi tentara Belanda dan juga beberapa penduduk lokal yang dianggap pengkhianat karena bekerja sama dengan penjajah.
Sampai akhirnya Belanda membuat pasukan khusus bernama Depot Spesial Troepen atau DST dimana Kapten Westerling menjadi salah satu pemimpinnya dan mengajak Johan untuk bertugas bersama di pulau Sulawesi.
Misi yang dilakukan Kapten Westerling dengan pasukan Depot Spesial Troepen tak lain adalah pembantaian sistematis dengan membunuhi puluhan ribu rakyat Sulawesi dan membakar rumah-rumah tinggal mereka.
Bertujuan untuk meredam perlawanan pejuang Republik Indonesia dengan mengadakan teror pembantaian penduduk, Westerling yang merangkap sebagai aparat keamanan, jaksa penuntut, hakim, serta algojo itu langsung mengeksekusi setiap rakyat sipil yang dicurigai sebagai pejuang dengan proses pengadilan singkat tanpa pengacara pembela.
Hal kejam itu dianggap sah oleh Kapten Westerling yang menganalogikannya sebagai tumor atau kanker perjuangan kemerdekaan yang sudah menjalar ke dalam penduduk sipil dan harus diamputasi agar tak menyebar ke seluruh tubuh yang berupa negara.
Konflik batin Johan sebagai orang yang pecinta damai bergejolak ketika menentang pembantaian Westerling, ia malah dianggap pengkhianat dan fakta tentang ayah Johan seorang kolaborator Nazi Jerman malah disebarkan ke seluruh pasukannya sampai semua rekan menjadi membenci dan ingin membunuhnya.
Buat kamu yang pernah bermain game Far Cry 3 dari Ubisoft, pasti teringat dengan permainan itu saat menonton film De Oost. Pasalnya selain sama-sama berlatar konflik bersenjata di alam terbuka Indonesia, karakter Kapten Westerling yang kejam itu memberikan energi yang sama dengan villain psikopat Far Cry 3 bernama Vaas Montenegro.
Melepaskan Johan yang dianggap desersi untuk berlari ke tengah hutan kemudian memerintahkan pasukannya untuk memburu dan membunuhnya juga seperti yang dilakukan Vaas kepada tokoh utama di game Far Cry 3, sehingga sang protagonis di film De Oost ini harus bertahan hidup sambil melumpuhkan satu persatu pasukan pengejarnya secara sembunyi-sembunyi.
Baca juga:
- 7 Tokoh Tertampan Rurouni Kenshin Movie, Buat Betah Nonton Filmnya!
- Tokoh cantik Rurouni Kenshin Movie Membuat Rurouni Kenshin: The Final Jadi Indah
- Enam Perbedaan Plot Rurouni Kenshin Movie The Final dengan alur cerita di Manganya
Film De Oost yang Diramaikan oleh Artis Hollywood Sebagai Pemeran Kapten Westerling dan Aktor Terkenal Lainnya
Kontroversialnya film De Oost sebagai produksi buatan Negeri Belanda yang berani dengan tema langka di sana yang mengungkapkan kekejaman tentaranya yang ingin mencoba menjajah kembali Indonesia ini banyak menuai kritik dan pujian. Putri dari Westerling pun sampai melayangkan surat terbukanya untuk memprotes film ini, walaupun sosok sang ayah diperankan dengan apik oleh artis Hollywood pemeran Jafar di Live Action Movie Disney Aladdin yaitu Marwan Kenzari.
Aktor muda bernama Martijn Lakemeier yang menjadi protagonis utama Johan de Vries dan beradu akting dengan sangat berani dengan artis berdarah Indonesia bernama Denise Aznam yang memerankan Gita. Bintang film kawakan yang merupakan aktor watak Indonesia bernama Lukman Sardi juga tampil di film ini sebagai Bakar.
Digarap oleh sutradara berdarah Ambon bernama Jim Taihuttu, film De Oost ini menyajikan tontonan yang diangkat dari tragedi bersejarah dengan sudut pandang baru yang berbeda, seru untuk dinikmati walaupun berdurasi panjang lebih dari 2 jam seperti film Titanic tetapi karena penyajiannya yang apik membuat kamu tak akan bosan menonton ini sampai selesai.
Alur maju mundur yang menceritakan tentang pengalaman Johan setelah Perang Dunia II di Belanda, lalu masa tugasnya di Indonesia dan upaya penebusan dosanya ketika kembali lagi ke Belanda disajikan secara tidak berurutan sehingga membuat kamu jadi ingin menonton film De Oost ini berulang kali.
Akhir kata, film De Oost ini memberikan berbagai pengalaman menonton yang unik di sebuah film perang yang jarang ada di film bergenre sejenis lainnya, karena kalau hanya senyum yang engkau berikan, Westerling pun tersenyum…
Nantikan informasi seputar film, anime, dan game lainnya serta jangan lupa untuk ikuti Facebook dan Instagram Dunia Games untuk update info yang tak kalah menarik.
Kamu juga bisa beli voucher untuk Mobile Legends, Free Fire, Call of Duty Mobile dan banyak game lainnya dengan harga menarik hanya di Top-up Dunia Games!
Baca juga >>> 7 Karakter di Rurouni Kenshin Movie yang Ada di Dunia Nyata!
Komentar ( 0 )
Please login to write a document.