[REVIEW] Film Pengepungan di Bukit Duri, Morgan Oey jadi Guru ala GTO
Pengepungan di Bukit Duri (The Siege at Thorn High) adalah film drama sosial terbaru dari rumah produksi Come and See Pictures.
Movie | 23 April
Oleh Penulis DG
Pengepungan di Bukit Duri (The Siege at Thorn High) adalah film drama sosial terbaru dari rumah produksi Come and See Pictures, yang dikenal lewat karya-karya visioner dari Joko Anwar. Direncanakan rilis pada tahun 2025, film ini merupakan kolaborasi besar antara rumah produksi Indonesia dengan Amazon MGM Studios.
Sinopsis Pengepungan di Bukit Duri
Film ini berlatar di Indonesia tahun 2027, sebuah masa ketika kondisi sosial sedang dalam kekacauan akibat diskriminasi dan kebencian rasial yang merajalela. Cerita berfokus pada Edwin (diperankan oleh Morgan Oey), seorang guru pengganti yang ditugaskan di SMA Duri, sebuah sekolah untuk anak-anak bermasalah.
Niat awal Edwin hanya untuk mengajar dan mencari keponakannya yang hilang, namun ia segera terjebak dalam lingkungan penuh kekerasan dan ancaman jiwa. Ketegangan meningkat ketika kerusuhan sosial meledak di luar sekolah, dan ia bersama para siswa serta seorang guru lain bernama Diana (Hana Pitrashata Malasan) terperangkap di dalamnya.
Review Film Pengepungan di Bukit Duri
Di film ini, Morgan Oey yang dikenal sebagai mantan personal Sm*sh, berubah menjadi guru seperti di anime dan manga GTO (Great Teacher Onizuka). Bagaimana Morgan yang satu dekade lalu jago ngedance berubah jadi guru yang jago berantem? Simak ulasannya berikut ini.
Demi mencari keponakannya yang hilang, Edwin yang diperankan Morgan Oey harus pindah-pindah sekolah sebagai guru pengganti. Misinya adalah menemukan anak dari kakak perempuannya yang merupakan korban kerusuhan 20 tahun lalu.
Joko Anwar membangun dunia distopia yang dipenuhi orang-orang rasis. Mereka hidup di negara yang pernah mengalami goncangan besar di tahun 2007. Di tahun 2027, kerusuhan kembali terjadi. Menariknya, Edwin mengalami konfliknya sendiri di sekolah. Edwin dikepung oleh pasukan Jefri, murid yang memusuhinya sejak hari pertama mengajar.
Bagi penonton yang menyukai film bertema berandalan sekolah seperti Crows Zero, Tokyo Revengers, dan Wind Breaker, mungkin akan menyukai Pengepungan di Bukit Duri. Namun, karakter-karakter pelajar di sini seperti di Assassination Classroom. Di mana murid-murid di SMA Duri ingin menyerang gurunya, yaitu Edwin.
Secara cerita, film Joko Anwar ini menawarkan suguhan yang sederhana. Guru baru bermasalah dengan anak nakal di sekolah. Gara-gara dikeluarkan dari sekolah, pelajar ini mengajak gengnya untuk mengepung sang guru.
Sebagian besar latar ceritanya pun terjadi di sekolah. Dengan setting sederhana ini, Joko Anwar membuat cerita yang menegangkan dengan fokus konflik di satu tempat.
Seperti halnya Pengabdi Setan dan Siksa Kubur, Joko Anwar memasukkan adegan traumatis di tengah-tengah alur ceritanya. Benar-benar mengejutkan dan sulit dilupakan.
Secara keseluruhan, film Pengepungan di Bukit Duri berhasil mengemas kejadian nyata menjadi ceritanya sendiri dengan amanat yang tak menggurui. Penonton diajak merenung tentang akibat dari sebuah kejadian besar dalam sejarah bangsa kepada anak-anak yang lahir dari masa-masa kelam itu.
Nantikan informasi-informasi menarik lainnya dan jangan lupa untuk ikuti Facebook dan Instagram Dunia Games ya. Kamu juga bisa dapatkan voucher game untuk Mobile Legends dengan harga menarik hanya di Top-up Dunia Games.
Komentar ( 0 )
Please login to write a document.