Japan-cyclopedia: Sakuga, Ketika Animasi dalam Anime Jadi Luar Biasa
Kamu pernah menyadari perubahan kualitas animasi dalam anime kesukaanmu? Biasanya itu disebut sakuga!
Anime & Manga | 06 February
Oleh Ahda
Berasal dari Negeri Sakura, dunia anime jelas dipenuhi berbagai istilah asing. Ada tsundere, otaku, seiyuu, dan lain-lain. Nah sekarang kita bakal membahas soal sakuga. Ya, bukan sakura atau Gatsuga, tapi sakuga. Mungkin beberapa dari kamu sudah pernah mendengarnya, mungkin juga belum. Tapi istilah ini merupakan kata yang penting kalau kamu mengaku sebagai pecinta berat anime dan animasi secara umum!
Sebagai peringatan, pembahasan sakuga di Japan-cyclopedia kali ini bakal dipenuhi video jadi siapkan kuota. Bagaimana pun juga kita kan membahas animasi, susah 'membicarakannya' tanpa menunjukkan contohnya.
Arti Sakuga
Jadi, apa itu sakuga? Dalam bahasa Jepang sakuga sendiri memiliki arti yang luar biasa sederhana, yakni 'gambar tangan' ('gambar-yang-dibuat-dengan-tangan' bukan 'gambar-berbentuk-tangan', ya). Arti lainnya adalah animasi.
Tapi karena kata sakuga sering terlontar saat fans membahas adegan-adegan animasi yang membuat mereka terpukau, akhirnya di kalangan penggemar anime istilah sakuga berubah arti menjadi 'animasi yang bagus'.
Mengapa Animasi Biasa Dibedakan dengan Sakuga?
Dengan menjawab hal ini, kurang-lebih kita juga akan menjawab mengapa gaya animasi 'anime' bisa lahir. Untuk itu kita harus lompat ke tahun 1960 -- kembali ke era anime pertama, Astro Boy, buatan Osamu Tezuka.
Sebelum masuk ke Astro Boy, kita membahas sekilas dulu asal inspirasinya. Konsep kartun sebagai hiburan massal bisa dibilang dipopulerkan oleh animasi-animasi buatan Amerika Serikat; sebut saja Mickey Mouse dan Felix the Cat yang lahir pada tahun 1920-an. Animasi macam ini biasa memakan 12 sampai 18 gambar unik/frame tiap detiknya sehingga menghasilkan animasi yang mulus dan terlihat hidup.
Akan tetapi membuat kartun seperti ini memakan waktu yang tidak sebentar, membuat proses produksi jadi mahal. Semakin lama pekerjaan selesai, maka studio harus membayar karyawan lebih lama juga, kan? Sementara kalau mau cepat, berarti harus menambah karyawan. Keluar uang lagi deh.
Melihat hal tersebut, Osamu Tezuka menemukan cara cerdas dalam 'membatasi' biaya produksi. Dia menggunakan berbagai 'cara curang' untuk mengurangi waktu menggambar di antaranya dengan: frame yang lebih sedikit tiap detiknya (8 frame atau kurang dibanding 12-18 frame), gambar statis yang dipakai berulang-ulang, hanya menggambar pergerakan mulut saat berbicara, efek bergerak hanya digambarkan dengan latar tanpa banyak gerakan dari karakternya sendiri, dan lain-lain.
Kamu bisa bandingkan kartun Steamboat Wille Mickey Mouse dengan anime Astro Boy di bawah. Sekali lagi, ingat, Steamboat Willie keluar di tahun 1928 sementara Astro Boy tahun 1960.
Apakah dengan karakter-karakter sampingan yang mematung, banyaknya zoom wajah diam sebagai cara menekankan emosi, lamanya adegan pesawat terbang membuat Astro Boy lebih jelek? Tidak juga. Seperti yang dibilang tadi, itu adalah 'cara curang' Tezuka untuk memangkas biaya produksi supaya mereka bisa terus membuat anime yang notabene diciptakan dengan modal uang terbatas dan jangka waktu yang singkat. Bayangkan saja, bahkan di zaman sekarang anime macam One Piece dan Boruto saja masih keluar tiap minggu. Apa mereka sudah menabung ratusan episode dari tahun lalu? Tidak seperti itu cara kerjanya.
Dari tahun 1960 silam dan melalui perkembangan berdekade-dekade lamanya; dari memakai media tradisional sampai dibantu digital dan 3D CG; studio anime di seantero Jepang pun berhasil mengembangkan berbagai macam 'trik' lainnya untuk mempercepat proses produksi tapi tetap menyajikan animasi yang enak dipandang dan terasa unik.
Trik-trik inilah yang membuat anime mendapatkan 'gayanya' sendiri dan kerap dibedakan dengan animasi kartun biasa -- dan di saat yang sama menghasilkan sakuga saat kualitas animasinya berbeda dari biasanya.
Akhirnya Masuk ke Penerapan Sakuga dalam Anime!
Jika anime standar (apalagi yang keluar tiap minggu tanpa ada jeda per musim) kadang bisa terlihat kaku, maka momen-momen dramatis atau penuh aksi yang luar biasa mulus merupakan momen yang disebut sebagai sakuga.
Animasi mulus, terlihat hidup, dan kadang mengejar unsur realisme atau sangat mendetail ini tentunya amat dibutuhkan dalam anime-anime bertema laga yang penuh pertempuran supaya aksi para karakternya kelihatan mematikan. Akan tetapi jenis anime lain seperti drama juga suka memakai sakuga sebagai cara menyoroti adegan dramatis dan penuh emosi -- bahkan seringkali adegan komedi juga bisa ditampilkan dengan sakuga!
Kalau kamu mau melihat momen sakuga yang paling konsisten, biasanya sakuga selalu digunakan di anime layar lebar seperti Kimi no Na wa, Koe no Katachi, Sword Art Online: Ordinal Scale, Boruto: Naruto the Movie, Summer Wars, dan film-film Ghibli; mengingat film bioskop pastinya selalu memiliki waktu pengerjaan dan modal yang lebih besar dari anime periodik serta mengejar penonton lain yang mayoritas bukan penggemar anime.
Untuk anime mingguan sendiri, biasa sakuga dipakai pada adegan pembuka atau penutup -- yang mana biasanya jadi ledekan penonton uangnya dihabiskan di sana kalau kualitas animasi isi acaranya sendiri jauh lebih jelek. Mungkin dua adegan itu sengaja dibuat bagus supaya orang-orang jadi selalu bersemangat dan menantikan episode selanjutnya.
Bicara soal 'animasi isi', bisa dibilang ada dua sisi yang berbeda dalam suatu karya sakuga.
Di satu sisi ada adegan pertempuran yang pastinya tidak akan pernah 'dilupakan' oleh para penggemar Naruto maupun penonton anime lainnya. Ya, itu adalah pertempuran Naruto lawan Pain pada Naruto Shippuden Episode 167.
Pada episode ini Studio Pierrot mempercayakan animator bernama Atsushi Wakabayashi bersama sejumlah kecil tim dan animator veteran bernama Shingo Yamashita, untuk mengerjakan momen emosional dan krusial dalam hidup Naruto tersebut. Melalui arahan dan storyboard-nya yang mendetail Wakabayashi pun menggarap naskah adegan pertarungan non-stop dari Naruto menghancurkan Shurado sampai takluknya Tendo atau tubuh Yahiko. Sementara itu adegan klimaks sepanjang 7 menit lamanya antara Naruto dan Tendo dikerjakan sendirian oleh Yamashita.
Adegan itu mendapat reaksi campur-aduk di antara para penggemar anime. Memiliki gaya animasi yang sangat 'lentur' dan terkesan berantakan, adu jotos Naruto dengan Tendo sendiri dianggap sengaja dibuat sekasar itu untuk menggambarkan ledakan emosi kebencian dan penderitaan antara kedua ninja tersebut.
Jelek? Tidak. Adegan itu dari awal sampai habis menggunakan sudut pandang dan perspektif yang dinamis, gerakan-gerakannya juga memiliki alur yang masih bisa kamu baca, bahkan seringnya pemakaian tanah-tanah yang hancur berterbangan secara gamblang menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan mereka. Tapi kalau dibilang tidak konsisten dari gaya gambar yang sudah-sudah dan tergantung selera masing-masing? Jelas.
Sementara di sisi lain yang lebih 'mudah' diapresiasi, adalah Boruto Episode 65. Adegan pertempuran nyaris tanpa henti antara Naruto dan Sasuke melawan Momoshiki Otsutsuki ini sontak menjadi pembicaraan panas di dunia maya (dan alasan utama kenapa Japan-cyclopedia minggu ini membahas sakuga) karena luar biasa mulus dan peningkatan jauh dibanding episode-episode lalu, terutama menjelang arc Ujian Chuunin.
Layaknya episode Naruto Shippuden barusan, meski merupakan pekerjaan sutradara perdana dari animator muda berbakat bernama Chengxi Huang namun keseluruhan episode tetap merupakan hasil kolaborasi 30 animator berbeda dari seluruh dunia -- salah satunya bahkan berasal dari Indonesia. Tiap animator menyumbang peran besar dan gaya mereka ke dalam naskah/storyboard yang sudah disiapkan Huang. Maka dari itu, apa perbedaan antara Naruto dan Boruto di sini?
Secara teknis bisa dibilang kedua adegan sama mulusnya; hanya saja adegan Boruto digambar dengan gaya yang konsisten sehingga terlihat jelas lebih bagus dari episode-episode sebelumnya dan mudah diikuti. Nah maka untuk kira-kira mengetahui atau membaca anime/episode mana yang bakal memiliki sakuga kesukaanmu, kamu harus mempelajarinya secara mikro; alias mengetahui siapa saja animator, sutradara, dan staf yang berperan di dalamnya.
Lalu Bagaimana Caranya 'Mengikuti' Sakuga?
Seperti yang dibilang barusan, kamu tidak bisa memastikan judul anime favoritmu 100% selalu diisi animasi bagus. Bisa jadi staf penggarapnya digilir untuk proyek lain di satu studio yang sama, menyewa animator freelance tertentu untuk adegan favoritmu, atau bahkan berganti studio ketika memasuki musim kedua seperti halnya High School DxD yang kontroversial.
Cara paling mudah untuk mengikuti jejak animator atau mempelajarinya adalah dengan mencari-cari kompilasi sakuga di internet, yang umumnya tampil dalam bentuk MAD (anime music video versi Jepang). Selain dipisah berdasarkan animator, MAD juga sering dibuat dari judul anime yang sama, anime-anime yang tayang pada musim tertentu, atau bahkan tema tertentu; misal pertempuran pedang, pistol, dan lain-lain.
Selain itu sekarang juga sudah ada situs sakugabooru.com yang mengumpulkan berbagai macam adegan sakuga serta dipisah berdasarkan judul anime atau para animator yang mengerjakannya. Mulai dari anime mainstream macam Naruto, One Piece, Dragon Ball, sampai ke yang lebih jarang diketahui atau klasik seperti Akira, Cowboy Bebop, Redline, dan masih banyak lagi.
Terbilang penting untuk menyadari dan memedulikan siapa para animator di balik anime kesukaanmu; bukan sekedar memuja karya artistik mereka, tapi lebih untuk mempelajari dan mengidentifikasi gaya pribadi mereka dalam menghasilkan suatu karya animasi, melepaskan mereka dari entitas 'studio anime' yang utamanya hanya membayar mereka untuk menciptakan suatu produk yang pastinya sangat kamu sukai. Dan kalau kamu menyadari ada perubahan kualitas dengan hilangnya nama tertentu dari anime kesukaanmu maka kamu sudah bisa menerka apa penyebabnya.
Nah, apakah kamu sudah siap terjun ke dalam dunia sakuga dan menghafal nama animator-animator berbakat di dalamnya?
Baca Juga >> Japan-cyclopedia: Shounen, Shoujo, Seinen, dan Josei Itu Bukan Genre!
FANPAGE FACEBOOK: Duniagames
INSTAGRAM: @duniagames.co.id
LINE@: @duniagames
YOUTUBE: Dunia Games
Komentar ( 0 )
Please login to write a document.