Pembelian Cepat
3 min reading

Plaything Black Mirror: Ketika Seorang Penulis Terjebak Dunia Game yang Nyata

Plaything Black Mirror: Episode Plaything dari musim ketujuh serial Black Mirror bukan hanya sekadar kisah fiksi ilmiah distopia seperti biasanya.

Movie | 17 April

2025-04-17T12:01:36.000Z

Episode Plaything dari musim ketujuh serial Black Mirror bukan hanya sekadar kisah fiksi ilmiah distopia seperti biasanya. Episode Plaything Black Mirror ini membawa nuansa yang sangat dekat dengan dunia nyata, terutama bagi para jurnalis game dan gamer garis keras. 

Plaything Black Mirror

Karakter utamanya? Cameron Walker, seorang penulis di media game yang sangat mirip dengan Dunia Games — seseorang yang hidupnya dipenuhi oleh review, preview, dan pengalaman intens di balik dunia virtual. Namun siapa sangka, pekerjaan yang terlihat menyenangkan itu justru menyeretnya ke dalam sebuah game yang mengubah seluruh hidupnya.

Thronglets: Game Buatan Tuckersoft yang Ternyata Hidup

Dalam Plaything, si penulis mendapat akses awal ke sebuah game bernama Thronglets, sebuah life sim karya pengembang legendaris Colin Ritman. Awalnya game ini tampak seperti perpaduan antara The Sims, Lemmings, dan berbagai simulasi era 90-an. Tapi semakin jauh dimainkan, semakin jelas bahwa para makhluk digital mungil di dalamnya bukan sekadar karakter AI — mereka hidup. Mereka belajar. Mereka terhubung dengan pemain pada tingkat yang tak wajar.

Apa yang awalnya sekadar liputan eksklusif berubah menjadi obsesi. Sang penulis merasa perlu terus bermain untuk menjaga para thronglets tetap hidup dan berkembang. Ia mulai menyesuaikan jadwal kerjanya, begadang, bahkan mengupgrade seluruh perangkat hanya demi menjalankan Thronglets dengan optimal.

Ketika Upgrade Perangkat Jadi Kebutuhan Emosional

Yang membuat kisah ini makin menarik adalah keputusan gila Walker untuk terus-menerus meng-upgrade perangkat kerasnya demi memainkan Thronglets versi terbaru. Dalam narasi yang terasa sangat akrab bagi gamer sejati, Walker belanja konsol game—dari PlayStation 1, PlayStation 2, PlayStation 3, PlayStation 4, PlayStation 5 hingga semua seri konsol Nintendo, termasuk Nintendo Switch—semata-mata untuk mencuri komponen, chip prosesor, dan GPU onboard yang bisa digunakan demi menyempurnakan performa game Thronglets. 

Semua dilakukan Walker bukan untuk prestise atau kebutuhan profesional, melainkan karena dorongan emosional — rasa tanggung jawab terhadap makhluk virtual yang ia anggap seperti anak sendiri.

Di sinilah Plaything terasa begitu personal, terutama bagi para penulis game yang pernah terlarut dalam ulasan atau beta test sebuah judul. Batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi kabur. Bahkan, teknologi yang semula diciptakan untuk dinikmati justru mulai menuntut pengorbanan.

Kritik Sosial dalam Balutan Satire

Charlie Brooker, kreator Black Mirror, dikenal sebagai sosok dengan latar belakang sebagai jurnalis game. Tidak heran jika Plaything terasa begitu otentik — dari latar kantor redaksi, jargon industri, hingga gestur kecil saat menilai fitur game. Ditambah dengan keterlibatan Netflix Games dan Night School Studio, Thronglets bahkan dikembangkan menjadi game nyata yang kini tersedia di iOS dan Android.

Pengalaman memainkan versi nyata Thronglets seolah memperpanjang narasi dari Plaything, di mana pemain bisa merasakan sendiri seperti apa hubungan yang rumit antara manusia dan makhluk digital. Meskipun versi nyata tidak menyita hidup seperti dalam episode, sensasi "kesalahan kecil bisa berdampak besar" tetap terasa. 

Episode Plaything dari Black Mirror adalah sebuah pengingat tentang sejauh mana game bisa mempengaruhi hidup seseorang — terutama mereka yang menjadikan game sebagai pekerjaan, bukan sekadar hobi. 

Dengan karakter utama yang merupakan seorang penulis di media game, episode ini menyentuh isu yang jarang disorot: tekanan untuk selalu up-to-date, rasa bersalah karena melewatkan perkembangan dalam game, dan pengorbanan finansial demi bisa terus "nyambung" dengan dunia virtual.

Dalam dunia yang semakin mengejar visual terbaik, frame rate tertinggi, dan pengalaman imersif paling sempurna, episode ini bertanya: sampai sejauh apa kita rela berkorban demi game?

Bagi kamu yang berkutat di dunia gaming, Plaything bukan hanya tontonan — tapi cermin. Dan bisa jadi, kamu juga pernah — atau sedang — menjadi plaything dari teknologi yang kamu cintai.

Nantikan informasi-informasi menarik lainnya dan jangan lupa untuk ikuti Facebook dan Instagram Dunia Games ya. Kamu juga bisa dapatkan voucher game untuk Mobile Legends dengan harga menarik hanya di Top-up Dunia Games.

Komentar ( 0 )

Please login to write a document.

Artikel Terkait

5 Game Paling Menarik yang Cocok Dimainkan Sebelum Tidur

Games | 19 December

Bisa Menang Adu Mekanik! Cara Terbaik Menggunakan Shotgun di Fortnite

Games | 06 December

10 Karakter Mortal Kombat 1 Paling Ikonik, Siapa Saja?

Games | 28 September

Leaker Berikan Bocoran Terkait Persona 6, Game Spin Off Baru dan Rencana Rilis!

Just For Fun | 07 September

[REVIEW] Selera Nusantara, Game Memasak Makanan Indonesia!

Games | 08 August

Hasil MPL ID S13 Week 8 Alter Ego vs Dewa United: El Familia Belum Menyerah!

Mobile Legends | 11 May

Mengenal Arti dari Amogus Beserta Beberapa Referensi Memenya yang Menggelikan

Games | 09 February

Cheat Red Dead Redemption 2 (RDR 2) PC Paling Lengkap Terbaru Bahasa Indonesia

Games | 08 September