Protes Pemecatan Sepihak, Karyawan Call of Duty Memutuskan untuk Keluar
Activision Blizzard dikabarkan memutuskan kontrak beberapa karyawan sehingga membuat seluruh karyawan Call of Duty memutuskan untuk walk out.
Berita | 08 December
Oleh Rizky Nurcahyanto
Baru-baru ini seluruh karyawan di developer Raven Software memutuskan melakukan aksi walk out atau keluar. Kejadian ini merupakan respon atas pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak terhadap belasan karyawan lainnya pada minggu lalu.
Mengutip Theverge.com, belasan karyawan Raven Software yang di-PHK secara sepihak ini merupakan anggota tim QA (quality assurance atau penguji). Mereka yang diputus kontraknya harusnya mendapatkan tawaran posisi kerja penuh. Sebelumnya, belasan karyawan tersebut akan habis masa kontraknya pada 28 Januari 2022 mendatang.
Sejumlah yang melayangkan aksi protes turut mengatakan bahwa karyawan yang terkena PHK berada dalam "performa baik", bahkan masih banyak karyawan yang belum di-PHK masih belum mengetahui tentang status kepegawaiannya. Pernyataan tersebut juga menggarisbawahi pentingnya peran tim QA atau penguji untuk Call of Duty: Warzone, salah satu game FPS milik Activision Blizzard.
Mereka juga menjelaskan bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan setidaknya sebesar USD5,2 juta atau sekitar Rp75 miliar per hari sejak game tersebut dirilis.
"Menghentikan kontrak para tester dengan performa baik padahal mendapatkan keuntungan yang konsisten menempatkan studio dalam risiko," tulis pernyataan para karyawan Raven Software.
Menanggapi hal tersebut, juru bicara Activision Blizzard mengkonfirmasi bahwa pihaknya telah memberi tahu lebih dulu kepada karyawan yang kontraknya tidak diperpanjang. Pihak Activision Blizzard juga menolak memberikan informasi terkait jumlah pekerja per studio yang kontraknya dihentikan. Walau begitu, juru bicara tersebut juga mengatakan bahwa mereka telah mengubah status sekitar 500 pekerja tidak tetap menjadi karyawan penuh waktu dalam beberapa bulan mendatang.
Saat ini Activision Blizzard juga tengah melakukan pengetatan manajemen perusahaan menyusul gugatan yang menimpanya. Perusahaan publisher ternama ini dituding "memupuk" budaya pelecehan seksual terhadap para karyawan lainnya. Membuat pengawasan lingkungan kerja Activision Blizzard menjadi meningkat. Bahkan laporan Wall Street Journal menyebut, CEO Activision Blizzard telah mengetahui tudingan pelanggaran seksual di perusahaan selama bertahun-tahun.
Tidak sampai di situ, Activision Blizzard bahkan dipastikan tidak akan muncul dalam acara The Game Awards 2021 yang akan segera sebentar lagi. Walau begitu, sang CEO Activision Blizzard masih terpampang sebagai salah satu advisory board pada acara tersebut.
Nantikan informasi seputar game lainnya dan jangan lupa untuk ikuti Facebook dan Instagram DuniaGames ya.
Kamu juga bisa beli voucher untuk Mobile Legends, Free Fire, Call of Duty Mobile dan banyak game lainnya dengan harga menarik hanya di Top-up Dunia Games!
Baca Juga >> The Game Awards 2021 Akan Digelar Pada 9 Desember 2021
Komentar ( 0 )
Please login to write a document.